Minggu, 19 Juli 2009

Teroret – teroret

Oleh Pak Rumongso.
Tulisan saya tanggal 2 Mei 2009 di Harian Umum SOLOPOS berjudul Mengembalikan pendidikan yang dicuri sedikit banyak memancing polemik.Ada yang pro dan ada yang kontra.Saya sih menganggapnya biasa saja.Gak ada yang istimewa.Lain kepala lain isinya meski rambut sama hitamnya.(Maaf bagi yang sudah ubanan).
Saya melihat mereka yang menilai negatif atas tulisan saya adalah mereka yang tidak mengerti dan tidak tahu fungsi sebuah media massa.Lucu banget dan naïf sebenarnya kalau sampai tidak ngeh fungsi gagasan,opini di surat kabar.
Sebuah media massa itu berfungsi menyuarakan suara masyarakat.Ia menjadi jembatan yang menghubungkan anatara mereka yang di “sono” dengan kita yang “di sini”.Ketika sebuah tulisan ditangapi dengan semangat terror maka mereka yang suka melakukan teros itu perlu ditatar agar jangan meneror atau meneror secara elegan.Opo tumon ada terror secara elegan?.Ada.Yaitu membantah dengan tulisan pula.Jangan sampai tulisan dibalas dengan ancaman.Itu mah zadul banget.Haree gini masih suka terror.
Terkait usulan agar saya menulis yang esooy geboy,saya gak mau nuruti perintahnya.Kalau saya menuruti sama saja saya mengikuti irama permainan mereka.
Media massa itu bertujuan mulia.Ia adalah pilar ke empat dalam sebuah negera demokratis.Ceeilee…..Sok intelek banget.
Pilar pertama adalah lembaga eksekutif yang dikelola dengan baik/GCG:Good Coorporate Gavoernence.Lembaga Yudikatif yang adil dan mandiri.Lembaga Legislatif yang berfihak kepada rakyat.Dan yang terakhir adalah pers sebagai cirri masyarakat madani/civil society.
Masyarakat yang dirugikan dengan pelayanan publik yang amburadul,bertele-tele dapat menulis dapat menulis keluhan di media massa.Ngurus SIM banyak pungli ngadu saja sama media massa.nah..inilah fungsi control dari per situ.ia menyuarakan aspirasi masyarakat banyak.Maka jangan apriori dengan pers.Tulisan harus dibalas dengan tulisan.Jangan tulisan dibalas dengan terror.
Kembali kepada terror atas tulisan saya.
Saya berpendapat bahwa misi saya berhasil.Misi mengusik mereka yang selama ini memiliki semangat mengambil tanpa mau memberi kepada dunia pendidikan.Siapa mereka?.Ya koruptor di departemen pendidikan.
Saat mereka terusik itulah yang meyakinkan saya bahwa apa yang saya tulis itu benar.
Kalau gak benar ngapain marah-marah.
Pada hari Senin,4 Mei SOLOPOS mengupas habis masalah korupsi pendidikan.Jadi saya mendapat amunisi baru.Saya tidak tahu apakah SOLOPOS juga mendapat telepon seperti saya.Mungkin tidak karena SOLOPOS terlalu besar untuk diteror.
Seorang penguasa dapat menggunakan kekuasaannya untuk membendung laut,samudera.Tetapi tak akan mampu membendung fikiran seseorang.
Penguasa mampu menggunakan kekuasaannya untuk menutupi sebuah gunung tetapi tak akan mampu menutup sebuah kebenaran.
Teror atas tulisan menandakan kekerdilan fikiran.Mereka tidak menghargai isi fikiran yang tertuang dalam sebuah tulisan.Kekerdilan fikiran inilah yang harus dilenyapkan jika jagad pemikiran ingin maju.
Kepada penulis yang berstatus PNS,jangan pernah takut untuk mengugkap kebenaran lewat tulisan.Sejauh kebenaran yang disuarakan,dan keberfihakan kepada mereka yang lemah tidak ada alasan untuk takut terhadap atasan,kolega.Sinisme bahkan diasingkan dari rekan harus ditanggapi sebagai hal lumrah.Mereka inilah yang perlu juga disadarkan.
Hidup itu sebuah pilihan.Menulis untuk mengungkapkan sebuah kebenaran aalah pilihan sulit.Saat kita lahir kita memang sama dalam keadaan tidak membawa apa-apa.Karena manusia tidak bisa memilih nasib atau takdir,biarkanlah mereka yang memilih menjadi penulis dihargai.Juga yang suka tersinggung dengan tulisan harus dihargai.Sahabat yang sinispun harus dihargai.Inilah hidup.
Kalau teror yang ini saya suka yaitu ….toreroret tero-teroret…teroret ro jreng ….
EPISTO ERGO SUM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar